Berkunjung ke musem sejarah Jakarta

Kebetulan, kebaktian kali ini agak cepat sehingga waktu yang masih siang ini bisa saya manfaatkan untuk berkunjung ke Museum Sejarah Jakarta. Sudah lama sebetulnya mau ke sini, tetapi waktunya selalu tidak memungkinkan, karena setiap kali ke sini sudah keburu tutup. Museum ini buka dari hari Selasa sampai dengan Minggu, 09.00 - 15.00 wib, sedangkan hari Senin dan besar tutup.

Museum Sejarah Jakarta ini juga dikenal dengan Museum Fatahillah atau museum Batavia, terletak di Jl. Taman Fatahillah No 2, Jakarta Barat.

Dulunya, gedung ini digunakan sebagai Balai Kota yang dibangun pada tahun 1707 - 1710 pada jaman Gubernur Jenderal Johan Van Hoorn, yang kemudian diresmikan oleh Ali Sadikin pada tanggal 30 Maret 1974 menjadi Museum Fatahillah.

Ada beberapa koleksi replika, di antaranya : peninggalan Tarumanegara dan Pajajaran. Beberapa catatan mengenai hasil kunjungan tersebut di antaranya adalah : Bahwa daerah Jakarta dan sekitarnya, dulunya merupakan daerah endapan aluvial yang terbentuk sejak 5000 tahun yang lalu. Di atasnya terdapat sekitar seratus-an buah situs prasejarah, yang dibuktikan dengan ditemukannya riabuan artefak yang sebagian besar berlokasi di daerah aliran sungai.
Di antaranya : Situs Pejaten, Kampung Kramat, Rawa Kodok, Condet, Pasar Minggu, Tanjung Barat, Prasasti Ciaruteun, Prasasi Tugu, Prasasti Kebantenan, dsb.

Sebuah tempat yang patut dikunjungi oleh pelajar, mahasiswa, dan juga penghobi masa lalu. Tiket masuk sama dengan uang parkir, Rp 2.000,- sedangkan anak-anak Rp 500,-.

Keanekaragaman Hayati Kupu-kupu di Unila

Catatan ini saya posting juga di blog saya yang lain, Myblogbook. Saya perlu posting di sini karena terkait dengan perjalanan saya ke Lampung beberapa waktu yang lalu.

Buku ini adalah kiriman dari seorang kawan yang saya temui ketika saya berkunjung ke Taman Kupu-Kupu Gita Persada Bandar Lampung beberapa waktu yang lalu. Namanya adalah Martin, belakangan diketahui bahwa dia adalah anak dari salah satu pakar Kupu-Kupu di Indonesia, Dr. Herawati Soekardi. Saya sendiri adalah penggemar makhluk kecil yang lucu dan bersayap warna-warni ini. Sebetulnya ada 2 buah buku yang dikirim, lainnya adalah : Kehidupan Burung di Kampus Unila.Rupanya kampus Unila saat ini sedang giat mewujudkan sebuah Green Campus, dengan menyelaraskan flora, fauna, warga dengan civitas akademika. Sebuah upaya kecil yang nampaknya membawa pengaruh besar pada kondisi Lampung secara keseluruhan. Sehingga saat ini Lampung tidak hanya dikenal dengan gajahnya saja, tetapi juga kini dikenal dengan keberhasilan upaya menangkarkan kupu-kupu-nya yang dimotori oleh seorang Dr. Herawati Soekardi.Sebuah buku yang sangat bermanfaat, karena jarang ada buku sejenis berbahasa Indonesia dan ditulis oleh pakar lokal yang dapat menjelaskan detail kehidupan kupu-kupu di habitat alaminya. Kehadiran buku tersebut, paling tidak merepresentasikan keanekaramanan kupu-kupu di suatu kawasan tertentu, yang syarat mengandung informasi penting bagi kelangsungan hidup serangga terbang tersebut.
Beliau berhasil merekayasa habitat, menjadikannya sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan oleh kehidupan kupu-kupu. Beberapa hal yang dibahas dalam buku tersebut di antaranya adalah : Mengenal kupu-kupu, morfologi, klasifikasi, keanekaragaman, perilaku dan peranannya di alam. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Unila sejak April - Juni 2007 tercatat bahwa ada 37 jenis kupu-kupu yang mendiami daerah tersebut, yang terdiri dari 5 famili. Papilionidae ada 6 spesies, Pieridae ada 9 spesies, Nymphalidae ada 14 spesies, Lycaenidae ada 2 spesies, dan Hesperiidae 4 spesies. Sebuah jumlah yang cukup banyak untuk ukuran kawasan sebuah kampus. Selengkapnya adalah :

  • Famili Papillionidae : Graphium agamemnon agamemnon, G. doson, G. sarpedon luctatius, Papilio demoleus malayanus, P. polytes cyrus, P. memnon.Famili Pieridae : Appias libythea olfrena, Catopsilia pomona pomona, Eurema brigitta senna, E. hecabe contubernalis, E. sari sodalis, Delias hyparere metarete, Leptosia nina malayana, Pareronia valeria lutuscens.
  • Famili Lycaenidae : Arthopala allata pandora, Jamides alecto ageladas, Nacaduba beroe neon.
  • Famili Nymphalidae : Euploea mulciber mulciber, Doleschallia bisaltide pratipa, Hypolimnas bolina bolina, H. missipus, Junonia hedonia ida, J.orithya wallacei, Moduza prociis milonia, Moduza sp, Neptis clinioides gunongensis, Phalantha phalantha, Elymnias hypermnestra discrepans, Melanitis leda leda, Mycalesis visala phamis, Ypthima baldus newboldi, Amathusia phidippus phidippus.
  • Famili Hesperiidae : Borbo cinnara, Cupitha purreea, Isma umbrosa, Udaspes folus.

Pada buku tersebut, dijelaskan juga cara-cara mengambil photo menggunakan camera. Sebagian besar gambar kupu-kupu yang ada pada buku tersebut, adalah hasil jepretan suamimya Anshori Djausal, yaitu pada kondisi habitat alaminya yang juga penghobi kupu-kupu.
Buku yang diakhiri sebuah pesan "Berikan ruang bagi kupu-kupu untuk terbang bebas dan bermetamorfosis melanjutkan generasinya. Kenali kehidupannya, lindungi habitatnya, di Kampus Hijau Universitas Lampung".Setuju !!! Tks Martin atas kirimannya.

Data Buku : Judul Kupu-Kupu di Kampus Unila, Penulis : Dr. Herawati Soekardi, Penerbit : Universitas Lampung, Agustus 2007, Tebal : 52 halaman

Minum jamu pahit? gak juga!

Jamu adalah resep warisan dari leluhur turun temurun yang dipertahankan dan dikembangkan oleh masyarakat Indonesia.
Ternyata minum jamu tidak selalu identik dengan pahit, yang diminum sambil menjempit hidung. Coba saja buktikan di kafe jamu Bukti Mentjos. Berbeda dengan warung-warung jamu yang menggunakan tenda, di sini tempatnya sangat nyaman dan luas, mirip bar. Semua bahan-bahan berjajar di tempatkan di toples-toples yang menarik. Di mana disetiap toples tersebut diberi label, sehingga memudahkan dalam pengambilan bahan-bahan tersebut, jika diperlukan. Dan juga memudahkan konsumen untuk memastikan tidak terjadi kesalahan dalam menggunakan bahan yang akan diseduh.

Lokasinya di Jl. Salemba Tengah 48 RT 004/04.
Membuat passport ternyata tidak lagi mahal, hanya bermodalkan tidak lebih dari Rp 287.000,- saja.
Sebelumnya memang cukup mahal yaitu berdasarkan PP No 75 Th 2005 tentang jenis dan tarif atas jenis PNBP, yaitu sebesar Rp 756.000,-.
Sekarang sudah dirubah berdasarkan PP RI No 19 Th 2007 menjadi hanya Rp 287.000,- saja. Passport yang saya buat ini akan berakhir masa berlakunya tanggal 18 Januari 2013.
Syarat-syaratnya : membawa Kartu Keluarga, Ijasah, KTP, Kartu Nikah, semuanya asli. Prosedurnya, beli formulir dulu di loket penjualan formulir. Setelah data-data diisi, kemudian dikembalikan ke bagian verifikasi untuk dilakukan pengecekan bahwa dokumen-dokumen tersebut adalah asli dan benar. Selanjutnya menunggu panggilan untuk dilakukan pemotretan dan pengambilan sidik jari. Dilanjutkan dengan wawancara dan penandatanganan buku passport. Selesai dech. Ternyata perlu waktu seminggu, dari sejak daftar hingga selesai.
Hmmm mau kemana ya?

Smack down tofu, alias tahu gejrot

Nama yang aneh ... ya? Tahu gejrot. Tetapi menyimpan sejuta rasa nikmat di lidah. Makanan dengan bahan dasar tahu ini, yang dipotong kecil-kecil ini. Kemudian dicampur bumbu-bumbu : garam, bawang merah, bawang putih, gula merah, dan cabe rawit yang diuleg di dalam sebuah coet. Memakannnya pun menggunakan tusukan gigi yang disajikan di dalam coet yang terbuat dari tanah. Natural banget.

Saya biasa membeli makanan ini di jalan Tol Jagorawi, tepatnya yaitu di area peristirahatan Sentul. Biasa, kalau membawa kendaraan dan ngantuk. Saya segera membelokan kendaraan dan mampir ke tempat ini.
Dijamin seger kembali .... dan huh ... pedes banget. Gak ngantuk lagi, dijamin!

Rencananya mau melihat sunrise di Bromo, gagal

Tiba di Bromo ternyata matahari sudah menampakan wujud kemerahannya di ufuk timur sana. Di sepanjang perjalanan, terlihat pemandangan sangat indah, meskipun di beberapa titik terlihat rawan longsor. Kebetulan saat itu langit pun dihiasi oleh pelangi. Terlambat. Akhirnya sampailah kami di Cemorolawang. Sebuah lokasi diketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut. Beberapa mobil berpelat N terlihat berjejer di pelataran parkir, menunjukkan bahwa pemiliknya sedang berada di puncak gunung Bromo menikmati sunrise dan dinginnya udara pegunungan.

Saya buka pintu mobil saya, dan brbrrrr … dingin banget. Dan hujan pun turun dengan deras dan awan nampak menutupi sebagian langit justru tepat ketika kami tiba di Cemorolawang, sehingga sunrise yang ditunggu-tunggu akhirnya tak terlihat.

Beberapa orang mencoba menghampiri kami menawarkan penginapan, semacam homestay. Harganya berkisar antara adalah Rp 100.000,- hingga Rp 125.000,- yang terdiri dari 4 kamar, sedangkan untuk yang satu kamar hanya Rp 75.000,-. Saya mencoba berunding dengan istri, apakah akan menginap? Di putuskan tidak, dingin katanya.
Kami kembali ke mobil, dan tidur hingga pukul 11.00 wib. Hujan akhirnya berhenti juga, dan langitpun kembali terlihat. Kami membuka pintu dan melihat sekeliling … Wah indah banget.
Beberapa orang mencoba menemui kami kembali, kali ini menawarkan jasa untuk mengantar kami menuju puncak Gunung Bromo. Ada beberapa pilihan, jika menggunakan kendaran Toyota Hardtop ongkosnya adalah Rp 150.000,- kuda Rp 70.000,-, ojek motor Rp 60.000,- . Akhirnya setelah bernegosiasi kami memilih ojek motor dengan biaya Rp 50.000,- tetapi untuk tiga lokasi berbeda yaitu : Gunung Bromo, Padang Savana, dan Pasir Berbisik.

Berbeda dengan 4 tahun yang lalu, ketika saya ke sini. Bentuk gunung Bromo sepertinya sedikit agak berubah, dipinggir-pinggir gunung nampak tumpukan pasir yang tidak beraturan. Mungkin akibat luapan lava yang sebelumnya pernah dimuntahkan. Di beberapa bagian tebing nampak tulisan-tulisan para vandalisme, yang tidak mengerti arti keindahan. Bau belerang, sangat menyengat, 250 anak tangga sudah kami lewati dengan bersusah payah. Akhirnya sampailah di puncak, Gunung Bromo. Pemandangan sekeliling begitu sangat indah.

Sejauh Pandangan di Savana


Lokasinya berada tepat di belakang gunung Bromo, cukup jauh. Nekat ke sini hanyalah berbekal informasi dari kawan-kawan di milis Indobackpacker, dan itu membuat saya penasaran. Ternyata benar, pemandangan di sini cukup indah. Kalau pernah melihat pemandangan di film serial anak-anak Teletubis, mirip banget.

Vegetasi yang mendominasi kawasan ini adalah : sejenis paku-pakuan (Pteridophyta), tanaman Adas (sejenis tanaman untuk obat), dan juga sejenis tanaman bunga warna. Saya tidak tahu nama persisnya, dicirikan dengan batang yang tegak dan kasar yang menunjukan hasil proses adaptasi terhadap lingkungan terbuka. Sehingga tanaman tersebut mampu bertahan dan tegak berdiri dalam melawan kerasnya angin dan dinginnya udara.

Padang savana ini di kelilingi oleh gunung berbatu yang ditumbuhi vegetasi. Batu-batu tersebut walaupun tertutup oleh vegetasi dikejauhan tetap masih terlihat bebatuan dengan corak kehitaman. Pokoknya sangat indah.
Selain kupu-kupu, di sini juga ada beberapa jenis serangga lainnya seperti : Haplopelma robustum (laba-laba biru), Eurycnema versirubra (belalang kayu), Scorpion sp, Chalcosoma caucasus (tanduk tiga), dan beberapa jenis kupu-kupu seperti : Papilio demolion, Idea blanchardi (Danaidae), Ornithoptera priamus (Papilionidae), Papilio memnon, Chetosia hypsea (Nympalidae), Troides helena (Papilionidae), Papilio peranthus (Papilionidae),

Dari brosur yang kami peroleh, Bali Butterfly Park ini dikelola oleh PT. Kupu Kupu Taman Lestari yang berlokasi di Jl. Batukaru, Sandan Lebah Wanasari – Tabanan. Buka mulai pukul 08.00 – 16.00.

Harga tiket masuk US$ 2,- Loh … koq pakai US $? Maklum, sebab kebanyakan yang mengunjungi taman kupu-kupu ini adalah turis manca negara, sedangkan turis lokal sangat jarang. Saya sendiri ketika masuk, hanya membayar Rp 15.000,- untuk ber-empat he he he… mungkin karena sudah sore dan mau tutup kali …

Sebagai catatan, bahwa ini adalah Taman Kupu-kupu ke empat yang saya kunjungi, setelah sebelumnya : Taman Nasional Bantimurung, Taman Kupu-Kupu Cilember, dan Taman Kupu-kupu Gita Persada. Saya memang menaruh perhatian besar terhadap jenis serangga ini. Sebab menurut saya selain indah, kupu-kupu adalah bioindikator kualitas lingkungan. Ketika kupu-kupu sudah jarang ditemui, berhati-hatilah! Berarti ada ketidakseimbangan ekosistem di suatu wilayah tersebut, yang bisa menimbulkan bencana ekologi.
Sehabis dari Butterfly Park, perjalanan kami lanjutkan menuju Taman Nasional Bromo-Tengger, Probolinggo. Berbekal informasi dari milis Indobackpacker, yaitu rekan Mukti Wibowo dan Alex Agung, semula kami akan mampir di Taman Nasional Bali Barat, yang rencananya kami akan melihat-lihat Leucopsar rostchildi (Bali Mynah) yaitu satwa endemic yang hanya ada di pulau dewata tersebut. Kabarnya burung tersebut hanya sukses di penangkaran, sementara di habitat aslinya sendiri jumlahnya tidak pernah bertambah. Namun karena tiba di lokasi sudah malam, rencana tersebut kami batalkan dan langsung tancap gas dan nyeberang dari Gili Manuk – Ketapang menuju Bromo. Ada beberapa kejadian penting yang perlu kami catat, yaitu selepas kami berisitirahat di Pantai Putih, Situbondo. Saat itu sekitar pukul 3.30 wib pagi, sesudah PLTU Paiton, istri saya melihat seorang gadis kecil dan bertubuh sangat pendek (cenderung cebol) memakai rok biru dan pakaian putih, berdiri di tengah jalan (garis midian). Anehnya, saya sendiri yang menyetir, justru tidak melihat apa-apa, loh???

Di sepanjang jalan saya sempat bertengkar kecil dengan istri saya, karena dia sangat yakin atas apa yang sudah dilihat. Karena istri saya menyangka sayapun pasti melihat, padahal saya tidak melihatnya sama sekali. Ketika diingat-ingat kembali, bahwa di lokasi itu tidak ada sama sekali rumah penduduk. Lalu dari mana dan mau kemana gadis kecil itu? Dan pertanyaan saya adalah, mengapa pukul 03.30 wib? Saat itu sangat terang, karena ada penerangan dari Paiton, tetapi koq saya sendiri gak lihat.

Kalau memang itu adalah manusia beneran, dan saya tidak melihat, kemudian tertabrak, wah bisa berabe urusannya.
Pokoknya lupakan saja dech, yang penting saya harus mengejar sunrise di Bromo neeehh.
Penasaran dengan ikan bakar Jimbaran. Walaupun tempatnya bukan di Jimbaran, akhirnya saya mencoba juga. Yaitu pas mau pulang, lokasinya di Jl. Raya Kapal No. 16.

Ada 2 jenis paket, yaitu paket standar Rp 25.000,- dan paket special, Rp 30.000,-. Bedanya, ada tambahan kerang dan cumi. Kami mencoba paket special, wah ternyata memang enak banget. Kalau di Jakarta di mana ya? Muara Karang?

Goa Gajah

Sebuah lokasi wisata yang terletak di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar, sekitar 27 km dari Denpasar. Goa gajah berasal dari kata Lwa Gajah, sebuah kata yang muncul pada lontar Negarakertagama yang disusun oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 M. Dibangun pada abad ke-11 M, pada saat Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten berkuasa. Goa ini dijadikan sebagai tempat pertapaan, yang dibuktikan dengan adanya ceruk-ceruk di dalam goa. Selain itu di sekitar goa juga terdapat kolam pertitaan dengan tujuh patung widyadara-widyadari yang sedang memegang air suci. Total patung ada tujuh, tetapi ketika saya kesana jumlahnya tinggal enam saja, satu patung menurut petugas dipindahkan ke lokasi lain, akibat gempa beberapa tahun yang lalu. Enam patung ini merupakan symbol dari tujuh sungai suci di India, yang merupakan tempat kelahiran agama Hindu dan Budha.

Sejuk, lembut angin di Bukit Kintamani

Kintamani adalah salah satu obyek wisata yang begitu terkenal dan tumbuh di punggung bukit. Dalam selimut hawa sejuk dan berkabut, samar-samar terlihat kemolekan Danau Batur yang bening dan teduh. Terletak di antara Bukit Abang di sebelah timur dengan kaki Gunung Batur di sebelah barat, tempat wisata di sini sungguh menyuguhkan pemandangan yang menarik.

Jadi inget lagu Ebiet,
... Sejuk, lembut angin di bukit Kintamani
Gadis-gadis kecil menjajakan cincin
...
Sebetulnya tidak ada agenda untuk berkunjung ke sini, tetapi karena hari ini adalah hari ulang tahun anak saya, Adriel. Dan ketika ditanya mau hadiah apa? Dia jawab mau hadiah ke BaliZoo aja. Apa boleh buat … akhirnya saya setujui.

Saya pikir kalau mau ke kebun binatang kan lebih baik ke Ragunan saja, lebih murah. Binatang-binatangnya kan sama saja, bahkan lebih lengkap.

Tetapi kami ketika ke sana, kebun binatang di sini memang sangat sempit hanya 3,5 hektar, tetapi terlihat sangat tertata rapih, dan lebih bersih. Lokasinya berada di Banjar Seseh Apuan, Sukawati, Gianyar. Jumlah koleksi saat ini sebanyak 350 ekor, anak-anak pun terlihat memang sangat menikmati dan memperhatikan setiap koleksi yang ada di Balizoo. Lebih-lebih kepada si Jacky yang suka meludah. Wah … hampir saja kena, dasar orang utan!

Sebagai kebun binatang di Bali, menurut saya seharusnya kebun binatang tersebut lebih menonjolkan satwa endemic-nya seperti : Jalak Bali (Leucopsar rostchildi) sebagai daya tarik pengunjung, tetapi sayang satwa tersebut justru tidak menempati lokasi yang strategis. Saya sendiri hampir terlewatkan jika tidak benar-benar di perhatikan, karena lokasinya agak dipojok dan tidak ada papan informasinya, seperti halnya untuk binatang yang lain.

(Keterangan gambar : di sebelah kanan, adalah gambar si Jacky, yang punya kebiasaan suka meludah ke setiap pengunjung).
Tanjung Benoa, merupakan lokasi atraksi olahraga air, di antaranya jet sky, banana boat, parasailing, play fish, glass boat (melihat ke bawah laut), diving, dan snorkeling (melihat ke bawah laut memakai masker).
Kegiatan dan fasilitas tersebut dijajakan oleh perusahaan-perusahaan yang tersebar di kawasan tersebut, di antaranya yang kebetulan kami kunjungi adalah PT. Pesona Bahari Bali Indah yang terletak di Jln. Pratama No. 96.
Ketika saya ke sana, hanyalah sekedar melihat aktifitas saja, tanpa ikut menikmati. Maklum, tujuan ke sini hanyalah sekedar menikmati perjalanan saja, ala backpaker.
Di bandingkan dengan pantai Kuta menurut saya pantai Geger lebih indah, bersih dan nyaman. Lokasinya agak tersembunyi, yaitu di sebuah Desa adat Peminge, Nusa Dua.

Jika di Kuta sangat berisik dan hingar bingar dengan suara musik, penjaja makanan, dan pengunjung, maka di sini suasananya sangat tenang. Tidak ada karcis masuk, hanya biaya parkir saja.

Pantai nya masih banyak ditumbuhi rumput laut, dan juga merupakan tempat yang menarik untuk memancing. Ketika saya kesana ada beberapa orang yang terlihat sedang beraktifitas memancing.
Uluwatu adalah nama sebuah pura tua, yang terletak di atas tebing karang yang menjorok ke lautan lepas. Sementara dinding tebing karangnya sendiri hampir tegak lurus ke laut di bawahnya. Lokasinya berada di ujung “sepatu” pulau Bali, tepatnya yaitu di desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan. Berjarak kurang lebih

Menurut informasi bahwa, pura ini merupakan salah satu dari tujuh pura tua yang menjadi pilar agama Hindu di Bali yang merupakan warisan dari Empu Kuturan dan Sang Hyang Dwijendra pada abad ke XI dan XV. Di kawasan ini juga hidup seratusan monyet-monyet yang usil. Ketika kami memasuki kawasan tersebut, penjaga kawasan wisata sudah memperingatkan agar menjaga barang-barang bawaan terhadap topi, kamera, tas, dan kacamata, karena monyet-monyet di sana suka main rampas dan membuangnya begitu saja.

Untuk memasuki area ini, pengunjung diwajibkan menggunakan sehelai kain ungu dan selendang kuning dengan menyewanya di pintu masuk, sebesar Rp 3.000,- (sudah termasuk tiket masuk). Area parkir sangat luas, dan banyak kios-kios penjual cindra mata, makanan dan minuman. Sungguh tempat yang menarik.
Kalau mau berenang di Pantai Kuta saat ini, siap-siap kecele. Pasalnya saat ini pantainya sangat kotor, banyak sekali sampah berserakan. Hal ini disebabkan akibat banjir di daerah lain yang sampah-sampahnya masuk ke laut kemudian terdampar di kawasan pantai ini.

Sunset pun tidak menampakan wujudnya, tertutup awal tebal. Angin pun bertiup sangat keras dan sangat dingin, tidak seperti biasanya. Mau renangpun akhirnya diurungkan.

Mungkin perlu dirubah jadwal cuti, tidak lagi akhir tahun, melainkan pertengahan tahun?
Akhirnya, saya kembali ke penginapan, posting berita ini, dan tidur!!!
Alas Kedaton berlokasi di Desa Kukuh Kecamatan Marga, kota Tabanan. Ada dua hal yang menarik di tempat ini, yaitu : Monyet-monyetnya, yang berjumlah sekitar 300-an yang terbagi dalam 3 kelompok. Di mana setiap kelompok dipimpin satu raja dengan postur tubuh yang berukuran cukup besar. Berbeda dengan monyet di Uluwatu yang agak sedikit sangar, monyet di sini cenderung jinak. Kedua adanya kalong (kelelawar) yang berterbangan di atas pohon besar belakang pura.

Letak pura ini sendiri ada di dalam hutan Alas Kedaton. Memasuki areal pura, pengunjung akan diantar oleh perempuan-perempuan penjaja dagangan souvenir yang sekaligus sebagai guide-nya. Menarik, karena hanya di tempat ini para pedagang sangat tertib. Mereka memiliki nomor antri untuk bisa mengantar pengunjung berkeliling Alas Kedaton. Selesai berkeliling mereka akan mengajak tamunya mampir di toko mereka dan mencoba menawarkan dagangannya.
Semula, kami hanya akan memberi tips saja. Tetapi karena perempuan tersebut menolak, dan rupanya mereka lebih senang agar kita membeli dagangannya saja.
Dan akhirnya saya beli kaos, gantungan kunci, dan alat musik. Ternyata tidak terlalu mahal.

Jawa-Bali Overland : Daun Berguguran di Baluran

Berangkat dari rumah tanggal 1 Januari 2008, pkl 09.29 dengan tujuan Bali. Ikut dalam team : anak saya Adriel dan Debby, istri saya Komalasari, dan asisten rumah tangga, Yanto.

Kata orang ke Bali itu mahal, masa sih? Menurut saya enggak juga. Kecuali jika ingin dibawa mahal. Berikut biaya pengeluaran selama perjalanan :
Bensin Rp 100.000,- setiap kali pengisian, dikalikan 4 kali isi (SPBU Cikampek, Tegal, Pati, dan Paiton), sehingga total Rp 400.000,-.

Biaya Tol Rp 32.000,- masing-masing terdiri dari Tol Rorotan Rp 6.000, Cikampek Rp 8.500, Kanci Rp 3.500, Plumbon Rp 3.500, Dupak Rp 3.000, Porong Rp 3.000, Kebomas Rp 5.500,-.

Biaya Ferry Rp 90.000,-
Sehingga total pengeluaran adalah Rp 522.000,-.

Bagaimana dengan makanan? Sudah disiapkan sebelumnya dari rumah sehingga untuk hari pertama praktis tidak ada pengeluaran sama sekali.

Bagaimana dengan penginapan? Pilihlah penginapan yang agak jauh dari lokasi wisata, tetapi tidak juga terlalu jauh dari lokasi wisata. Selama ini, jika saya ke Bali selalu menginap di Bima Cottage di Jalan Kuta. Harga nya cukup murah mulai dari Rp 50.000,- sampai dengan Rp 130.000,- (include AC , TV dan sarapan). Setahu saya tidak ada lagi yang lebih murah dari harga tersebut. Hanya saja pelayanannya agak sedikit “standar” (kurang memuaskan).

Tiba di penginapan Kuta pkl 16.30 (wib), lengkapnya : sampai di Cikampek (10.39), Indramayu (11.33), Tegal (15.15), Pemalang (15.46), Pekalongan (16.30), Semarang (18.15), Kudus (20:38), Surabaya (03.00), Pasuruan (03:08), Probolinggo (06:54), Banyuwangi (10:15). Istirahat sebanyak 3 kali, yaitu di Tol Kanci, Yuwana, dan Paiton. Sedangkan lama perjalanan di kapal ferry adalah 1 jam. Sebagai perbandingan, jika naik bis dibutuhkan waktu 26 jam. Perjalanan saya sendiri saat ini adalah : butuh 31 jam, cukup lama. Lha ngapain berlama-lama di perajalanan? He … he … justru di situlan seninya jalan …

Gambar di atas adalah salah satu keindahan alam yang sempat saya photo, ketika melintasi Taman Nasional Baluran. Daun jati yang berguguran nantinya akan tumbuh kembali.