Bantimurung : The Kingdom of Butterfly
Wednesday, May 16, 2007 by harjo
Menurut saya, Bantimurung adalah wisata alam paling menarik di antara tempat wisata lain yang pernah saya kunjungi sebelumnya. Tidak salah, jika Alfred Russel Wallace (1823-1931) dalam bukunya “The Malay Archipelago” menyebut kawasan ini sebagai “The Kingdom of Butterfly”.
Ada 3 hal menarik yang saya jumpai di sana. Pertama, air terjun yang sangat bagus, air yang jernih, dan hulu sungai yang tampak alami. Kedua, tempatnya bersih yang dikelilingi oleh pegunungan Karst. Ketiga adalah kupu-kupu.
Meskipun tidak sebanyak ketika Wallace berkunjung pada tahun 1857. Ketika saya ke sana hanya puluhan ekor masih terlihat berseiweran. Hanya saja dari jenis-jenis yang umum dijumpai, alias yang bukan dilindungi. Menurut informasi, seharusnya masih ada 250 jenis kupu-kupu yang hidup di Bantimurung tetapi sekarang tinggal separuhnya. Berkurangnya populasi diduga adanya perburuan liar, karena tingginya permintaan ekspor. Untuk yang berpikir pendek, sepertinya berburu di alam, lebih praktis ketimbang mengembangbiakannya. Padahal the kingdom of butterfly ini punya potensi nilai jual yang tinggi sebagai kawasan wisata alam yan sangat menarik, jika dikelola dengan baik. Kesadaran untuk menjaga habitat oleh masyarakat sekitar adalah hal utama yang seharusnya mendapat perhatian. Saat ini di daerah hilir sedang dimarakkan penangkaran kupu-kupu sebagai upaya restorasi populasi. Demikian juga tidak jauh dari pintu masuk kawasan wisata Bantimurung, BKSDA Sulsel I telah mendirikan sebuah penangkaran kupu-kupu. Meskipun ukuran penangkarannya sangat mini untuk sebuah balai konservasi, upaya itu patut dihargai di tengah berbagai ancaman kepunahan kupu- kupu (http://www.kompas.com, tgl 30 Juli 2005). Tetapi ketika saya berkunjung ke sini, kondisi penangkaran tersebut, sudah tidak terurus lagi. Atapnya sudah terbuka, tidak lagi untuk disebut sebagai tempat penangkaran. Sayang.
Ada 3 hal menarik yang saya jumpai di sana. Pertama, air terjun yang sangat bagus, air yang jernih, dan hulu sungai yang tampak alami. Kedua, tempatnya bersih yang dikelilingi oleh pegunungan Karst. Ketiga adalah kupu-kupu.
Meskipun tidak sebanyak ketika Wallace berkunjung pada tahun 1857. Ketika saya ke sana hanya puluhan ekor masih terlihat berseiweran. Hanya saja dari jenis-jenis yang umum dijumpai, alias yang bukan dilindungi. Menurut informasi, seharusnya masih ada 250 jenis kupu-kupu yang hidup di Bantimurung tetapi sekarang tinggal separuhnya. Berkurangnya populasi diduga adanya perburuan liar, karena tingginya permintaan ekspor. Untuk yang berpikir pendek, sepertinya berburu di alam, lebih praktis ketimbang mengembangbiakannya. Padahal the kingdom of butterfly ini punya potensi nilai jual yang tinggi sebagai kawasan wisata alam yan sangat menarik, jika dikelola dengan baik. Kesadaran untuk menjaga habitat oleh masyarakat sekitar adalah hal utama yang seharusnya mendapat perhatian. Saat ini di daerah hilir sedang dimarakkan penangkaran kupu-kupu sebagai upaya restorasi populasi. Demikian juga tidak jauh dari pintu masuk kawasan wisata Bantimurung, BKSDA Sulsel I telah mendirikan sebuah penangkaran kupu-kupu. Meskipun ukuran penangkarannya sangat mini untuk sebuah balai konservasi, upaya itu patut dihargai di tengah berbagai ancaman kepunahan kupu- kupu (http://www.kompas.com, tgl 30 Juli 2005). Tetapi ketika saya berkunjung ke sini, kondisi penangkaran tersebut, sudah tidak terurus lagi. Atapnya sudah terbuka, tidak lagi untuk disebut sebagai tempat penangkaran. Sayang.
Kupu-kupu langka yang saat ini sudah sulit ditemukan di habitat alaminya. Justru banyak terlihat di tempat penjaja kupu-kupu awetan. Kalau perburuan liar ini dibiarkan terus menerus, sebutan the kingdom of butterfly di Bantimurung tidak lama lagi hanyalah tinggal sebuah kenangan.
Selain sebagai tempatnya kupu-kupu, Bantimurung pun dikenal dengan air terjunnya yang sangat bagus. Airnya jernih, nampak vegetasi di sekelilingnya masih alami. Sayang dipinggir-pinggir sungai sudah ada bangunan saluran-saluran air yang justru merusak kealamian tempat tersebut. Di bagian hulu sungai adalah tempat yang benar-benar sangat bagus. Tempat ini, mengingatkan saya pada sebuah film "Jurassic Park" tempat mendaratnya helikopter si pemilik Taman. Sekelilingnya adalah pegunungan Karts. Berlebihan? ya pokoknya kurang lebih begitulah. Dari air terjun ke lokasi sini berjarak sekitar 800 mtr. Saya berencana sekali lagi ke tempat ini.
Selain sebagai tempatnya kupu-kupu, Bantimurung pun dikenal dengan air terjunnya yang sangat bagus. Airnya jernih, nampak vegetasi di sekelilingnya masih alami. Sayang dipinggir-pinggir sungai sudah ada bangunan saluran-saluran air yang justru merusak kealamian tempat tersebut. Di bagian hulu sungai adalah tempat yang benar-benar sangat bagus. Tempat ini, mengingatkan saya pada sebuah film "Jurassic Park" tempat mendaratnya helikopter si pemilik Taman. Sekelilingnya adalah pegunungan Karts. Berlebihan? ya pokoknya kurang lebih begitulah. Dari air terjun ke lokasi sini berjarak sekitar 800 mtr. Saya berencana sekali lagi ke tempat ini.