Kawasan Wisata Bandung Selatan
Tuesday, June 19, 2007 by harjo
Di sela-sela tugas di Bandung, Minggu 17 Juni 2007 saya manfaatkan untuk berwisata alam ke daerah Pegunungan Bandung Selatan. Beberapa obyek wisata yang akan saya tuju di antaranya adalah Kawah Putih Gunung Patuha, Perkebunan Teh Walini, Ranca Upas, Pemandian Air Panas Cimanggu, dan Situ Patengan. Dari Bandung saya berangkat pkl 09.00 wib dan sampai di Ciwidey sekitar pkl 11.00 wib. Agak lambat, karena perjalanan sedikit macet di daerah Soreang, yaitu selepas dari pintu tol Kopo. Kawasan wisata yang pertama dikunjungi adalah Agrowisata Stroberi. Menarik, karena pengunjung bisa memetik sendiri buah stroberi. Di sepanjang kiri kanan jalan, banyak lahan-lahan pertanian dan perkarangan rumah yang menjual produk pertanian tersebut. Harga perkilogramnya adalah Rp 35.000,-. Plus buah yang bisa dimakan langsung di kebun. Kami sendiri hanya kebagian setengah kilogram saja, karena buahnya sudah susah ditemui. Sepertinya habis disikat rombongan sebelumnya.
Obyek wisata selanjutnya adalah Ranca Upas, yang terletak di sisi kanan jalan. Di sini selain sebagai lokasi bumi perkemahan juga sebagai tempat penangkaran rusa. Kami tidak sempat ke daerah ini karena keterbatasan waktu. Daerah selanjutnya adalah Kolam Pemandian Air Panas Cimanggu. Karena udara masih sangat terik, tidak memungkinkan untuk berenang di kolam yang airnya panas. Sehingga waktu perginya kami lewati saja obyek wisata tersebut. Direncanakan pulangnya akan mampir ke obyek wisata tersebut. Panasss! Itu ketika pertama kali nyebur, selanjutnya, biasa aja tuh. Karcis masuk ke Taman Wisata Alam Cimanggu perpengunjung dikenai biaya Rp 5.500,- sedangkan untuk roda empat dikenai tariff Rp 3.000,-.
Obyek wisata selanjutnya adalah Danau Kawah Putih. Karena sebelumnya kami sudah pernah ke sini, untuk kali ini daerah tersebut kami lewati saja, khawatir Situ Patengan sebagai tujuan akhir yang akan kami kunjungi tidak kesampaian. Sedikit cerita mengenai Danau Kawah Putih di Puncak Gunung Patuha. Bahwa daerah ini dulunya di kenal sangat angker. Adalah Dr. Franz Wilhelm Junghunh, seorang ahli Botani pada tahun 1837 yang pada akhirnya memperkenalkan kawasan yang indah tersebut. Warna airnya kadang berubah-rubah menjadi hijau apel atau kebiru-biruan atau coklat susu atau putih.
Kawasan wisata selanjutnya adalah pegunungan teh Walini. Daerah yang sangat menarik, dengan kontur yang berbukit-bukit, dan sejuk. Rencananya akan nongkrong di sini, tetapi lahan parkir yang sangat sempit di kiri kanan jalan, terpaksa perjalanan dilanjutkan.
Dan akhirnya sampailah saya di Situ Patengan, berada di Desa Patengan, kawasan Rancabali. Karcis masuk ke Obyek Wisata Alam Patengan perpengunjung adalah Rp 4.000,- , karcis kendaraan roda empat Rp 10.000,- dan biaya masuk Perkebunan Rancabali Rp 1.500,-. Di pintu masuk Situ Patengan, ada keterangan mengenai kawasan tersebut, yang isinya berupa mitos masyarakat Patengan. Situ Patengan berasal dari Bahasa Sunda, pateang-teang yang artinya saling mencari. Mengisahkan cinta putra Prabu dan putri titisan Dewi yaitu Ki Santang dan Dewi Rengganis yang berpisah sekian lama dan mereka saling mencari dan akhirnya bertemu di sebuah tempat yang disebut batu cinta. Dewi Rengganis meminta dibuatkan sebuah danau dan sebuah perahu untuk berlayar bersamanya. Perahu ini lah yang kemudian menjadi sebuah pulau yang berbentuk hati. Luas danau adalah 48 Ha dan luas taman wisata adalah 17 Ha.
Pulangnya kami sempatkan makan di Sindang Reret. Lumayan enak, Gurame, Sop Buntut, dan Bajigurnya juga. Makanan lain yang sempat kami cicipi selama di Bandung, bisa lihat di sini. Akhirnya tiba sampai Bandung adalah pukul 21.00 wib. Cukup melelahkan sekaligus mengasyikan.
(Keterangan Photo : Buah stroberi yang masih menggelantung, Debby sedang memetik buah, Situ Patengan, Perahu di Situ Patengan, Buah Pepino, Kebun Teh Walini, Kolam Pemandian Air Panas Cimanggu, Anggrek di Ciwidey, Adriel sedang meniup, Kawah Putih, Kodok, dan tanaman Jeruk).
Obyek wisata selanjutnya adalah Ranca Upas, yang terletak di sisi kanan jalan. Di sini selain sebagai lokasi bumi perkemahan juga sebagai tempat penangkaran rusa. Kami tidak sempat ke daerah ini karena keterbatasan waktu. Daerah selanjutnya adalah Kolam Pemandian Air Panas Cimanggu. Karena udara masih sangat terik, tidak memungkinkan untuk berenang di kolam yang airnya panas. Sehingga waktu perginya kami lewati saja obyek wisata tersebut. Direncanakan pulangnya akan mampir ke obyek wisata tersebut. Panasss! Itu ketika pertama kali nyebur, selanjutnya, biasa aja tuh. Karcis masuk ke Taman Wisata Alam Cimanggu perpengunjung dikenai biaya Rp 5.500,- sedangkan untuk roda empat dikenai tariff Rp 3.000,-.
Obyek wisata selanjutnya adalah Danau Kawah Putih. Karena sebelumnya kami sudah pernah ke sini, untuk kali ini daerah tersebut kami lewati saja, khawatir Situ Patengan sebagai tujuan akhir yang akan kami kunjungi tidak kesampaian. Sedikit cerita mengenai Danau Kawah Putih di Puncak Gunung Patuha. Bahwa daerah ini dulunya di kenal sangat angker. Adalah Dr. Franz Wilhelm Junghunh, seorang ahli Botani pada tahun 1837 yang pada akhirnya memperkenalkan kawasan yang indah tersebut. Warna airnya kadang berubah-rubah menjadi hijau apel atau kebiru-biruan atau coklat susu atau putih.
Kawasan wisata selanjutnya adalah pegunungan teh Walini. Daerah yang sangat menarik, dengan kontur yang berbukit-bukit, dan sejuk. Rencananya akan nongkrong di sini, tetapi lahan parkir yang sangat sempit di kiri kanan jalan, terpaksa perjalanan dilanjutkan.
Dan akhirnya sampailah saya di Situ Patengan, berada di Desa Patengan, kawasan Rancabali. Karcis masuk ke Obyek Wisata Alam Patengan perpengunjung adalah Rp 4.000,- , karcis kendaraan roda empat Rp 10.000,- dan biaya masuk Perkebunan Rancabali Rp 1.500,-. Di pintu masuk Situ Patengan, ada keterangan mengenai kawasan tersebut, yang isinya berupa mitos masyarakat Patengan. Situ Patengan berasal dari Bahasa Sunda, pateang-teang yang artinya saling mencari. Mengisahkan cinta putra Prabu dan putri titisan Dewi yaitu Ki Santang dan Dewi Rengganis yang berpisah sekian lama dan mereka saling mencari dan akhirnya bertemu di sebuah tempat yang disebut batu cinta. Dewi Rengganis meminta dibuatkan sebuah danau dan sebuah perahu untuk berlayar bersamanya. Perahu ini lah yang kemudian menjadi sebuah pulau yang berbentuk hati. Luas danau adalah 48 Ha dan luas taman wisata adalah 17 Ha.
Pulangnya kami sempatkan makan di Sindang Reret. Lumayan enak, Gurame, Sop Buntut, dan Bajigurnya juga. Makanan lain yang sempat kami cicipi selama di Bandung, bisa lihat di sini. Akhirnya tiba sampai Bandung adalah pukul 21.00 wib. Cukup melelahkan sekaligus mengasyikan.
(Keterangan Photo : Buah stroberi yang masih menggelantung, Debby sedang memetik buah, Situ Patengan, Perahu di Situ Patengan, Buah Pepino, Kebun Teh Walini, Kolam Pemandian Air Panas Cimanggu, Anggrek di Ciwidey, Adriel sedang meniup, Kawah Putih, Kodok, dan tanaman Jeruk).
Terima kasih atas info-nya. Sangat bermanfaat untuk saya yang tinggal di bandung tapi senang berkunjung ke Bandung (paling tidak setahun sekali) karena masih memiliki sebuah rumah warisan orang tua di sana.
Terima kasih infonya. Kami sekeluarga jg sudah pernah berkunjung ke tempat-tempat yg anda sebutkan. Cukup menarik sebagai alternatif liburan selain bandung utara. Saya jg kagum dengan foto-foto anda. Sangat indah. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Bandung, saya berharap ada pengelolaan yg lebih profesional seperti daerah wisata lain.
saya dan temn2 mau holiday in Bandung, tp gk ngerti jln sana, bisa tak dijabarkan mulai dari penginapan (kosan) dan transport yg ada di bandung selatan, terima kasih...