Danau di Atas Gunung, Situ Gunung
Monday, November 05, 2007 by harjo
Bagi yang hobi wisata ke alam terbuka, tetapi dengan waktu yang singkat, Situ Gunung dapat menjadi pilihan yang menarik. Lokasi Taman Wisata Alam ini dapat ditempuh dalam waktu 3 jam dari Jakarta, menuju ke arah Sukabumi. Tempat wisata ini terletak di Kecamatan Cisaat, kurang lebih 15 km sebelum Sukabumi. Dengan tiket masuk sebesar Rp 7.500 dan biaya parkir Rp 2.500,-.
Ketika masih kuliah dulu beberapa kali kami mengunjungi daerah ini, saat itu kondisinya masih alami. Saat ini separuh pinggir danau dipagari oleh tembok, suatu hal yang menurut saya tidak bagus. Jika dulu ada dermaga kayu, entah sekarang lokasinya di mana saya sudah lupa, dan sepertinya sudah tidak ada lagi. Sayang.
Situ Gunung, artinya Danau yang berada di atas gunung adalah sebuah cerita keindahan alam yang tersebar di Sukabumi. Terletak diketinggian 1000 mdpl. Danau seluas 9 hektar ini berasal dari sungai Cimana Racun. Cuma nama saja Cimana Racun, airnya sendiri tidak beracun. Di sepanjang tepi danau berderet pohon-pohon cemara dan Agathis yang menjulang tinggi, yang membuat suasana teduh. Di sisi lain dikejauhan nampak rimbunan pohon yang terletak di perbatasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Hujan rintik-rintik dan kabut yang mulai turun akhirnya membatasi pandangan kami.
Selain sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi. Situ Gunung juga memiliki cerita menarik. Menurut cerita, bahwa Situ Gunung ini dibuat oleh seorang buronan Belanda bernama Shahadana atau dikenal dengan nama Mbah Jalun, yaitu seorang bangsawan Mataram.
Di mana dalam pelariannya melawan Belenda pada tahun 1814 bersama istrinya dia menetap di kawasan tersebut. Di desa itu pula istrinya melahirkan seorang anak yang diberi nama Rangga Jaka Lulunta. Sebagai wujud rasa syukurnya dia membuat danau yang dibuat oleh tangannya sendiri dalam waktu 7 hari, yang kemudian diberi nama Situ Gunung.
Singkat cerita, keberadaan Mbah Jalun akhirnya diketahui Belanda dan dijatuhi hukuman gantung di alun-alun Cisaat, tetapi dia berhasil melarikan diri. Terakhir Syahadana akhirnya dikabarkan wafat di daerah Bogor.
Selain sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi. Situ Gunung juga memiliki cerita menarik. Menurut cerita, bahwa Situ Gunung ini dibuat oleh seorang buronan Belanda bernama Shahadana atau dikenal dengan nama Mbah Jalun, yaitu seorang bangsawan Mataram.
Di mana dalam pelariannya melawan Belenda pada tahun 1814 bersama istrinya dia menetap di kawasan tersebut. Di desa itu pula istrinya melahirkan seorang anak yang diberi nama Rangga Jaka Lulunta. Sebagai wujud rasa syukurnya dia membuat danau yang dibuat oleh tangannya sendiri dalam waktu 7 hari, yang kemudian diberi nama Situ Gunung.
Singkat cerita, keberadaan Mbah Jalun akhirnya diketahui Belanda dan dijatuhi hukuman gantung di alun-alun Cisaat, tetapi dia berhasil melarikan diri. Terakhir Syahadana akhirnya dikabarkan wafat di daerah Bogor.
Selain cerita di atas, ternyata kawasan ini juga pernah dikunjungi oleh para peneliti Belanda, di antaranya adalah Reindwardt (1819), Junghun (1839), JE. Teysman (1839). AR Walace (1861), SH Koorders (180), Treub (1891), Dr. Van Leuweun (1918), dan CGGJ Vam Steenis (1920) yang terkenal dengan bukunya mengenai tumbuh-tumbuhan pegunungan di Jawa.
Beberapa jenis tanaman lain yang mendominasi kawasan tersebut di antaranya adalah : Puspa (Schima wallichii), rasamala (Altingia excelsa), dan jenis-jenis dari keluarga Fagaceae. Jenis-jenis selain tersebut diatas terdapat juga saninten (Castanopsis argantea), hamirung (Vernones arborea), gelam (Eugenia fastigiata), dan kisireum (Cleistocalyx opertculata).
Beberapa jenis tanaman lain yang mendominasi kawasan tersebut di antaranya adalah : Puspa (Schima wallichii), rasamala (Altingia excelsa), dan jenis-jenis dari keluarga Fagaceae. Jenis-jenis selain tersebut diatas terdapat juga saninten (Castanopsis argantea), hamirung (Vernones arborea), gelam (Eugenia fastigiata), dan kisireum (Cleistocalyx opertculata).
Ketika masih kuliah dulu beberapa kali kami mengunjungi daerah ini, saat itu kondisinya masih alami. Saat ini separuh pinggir danau dipagari oleh tembok, suatu hal yang menurut saya tidak bagus. Jika dulu ada dermaga kayu, entah sekarang lokasinya di mana saya sudah lupa, dan sepertinya sudah tidak ada lagi. Sayang.