Cagar Alam Pananjung
Sunday, January 01, 2006 by harjo
1 Jan 2006 @ Pananjung
Untuk masuk ke Taman Wisata Alam Pananjung bisa ditempuh dengan dua cara yaitu lewat darat di pantai timur dan melalui laut di pantai barat. Pada perjalanan saat ini kami melalui laut dari Pantai Barat, dengan menyewa perahu sebesar Rp 40.000,-
Sebelum mendarat di pasir putih, nakhoda perahu menghentikan mesin dan mempersilahkan penumpang melongok ke bawah permukaan air untuk melihat berbagai jenis ikan hias. Sungguh panaroma bawah laut yang sangat indah.
Taman Wisata Alam (TWA) seluas 37,7 Ha, termasuk dalam Cagar Alam yang luasnya 530 Ha dan berada dalam pengelolaan SBKSDA Jawa Barat II. Cagar Alam ini memiliki berbagai flora dan fauna langka di antaranya adalah Raflesia padma, Rusa, dan berbagai jenis Kera.
Dulunya menurut literature, binatang penghuni cagar alam ini cukup beragam, di antaranya adalah kancil, ular, biawak, landak, ayam hutan dan banteng. Sayang saat ini sudah tidak terlihat lagi.
Ketika kami sampai di Pantai Pasir Putih, kami melanjutkan perjalanan ke tengah hutan. Ada beberapa ekor rusa dan juga monyet sempat kami lihat di sepanjang perjalanan.
Di dalam hutan terdapat beberapa gua di antaranya adalah Gua Panggung, Gua Lanang, Sumur Mudal, Keramat dan Rengganis. Cagar Alam Pananjung saat ini sebetulnya lebih rimbun dibanding 16 tahun yang lalu, ketika saya melakukan study konservasi sumber daya alam bersama rekan-rekan mahasiswa Biologi seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia.. Beberapa ekosistem masih terlihat utuh. Beberapa jenis tumbuhan laut seperti waru laut, nyamplung, dan ketapang masih nampak belum berubah.
TWA ini disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 170/Kpsts/Um/3/1978, 10 Maret 1978, yang memang diperuntukan keperluan rekreasi. Pembuatan TWA ini juga dimaksudkan untuk memberi batas yang jelas kepada masyarakat, daerah yang boleh dikunjungi dan daerah yang tidak. Sebab pada sisi dalam TWA terdapat Cagar Alam Pananjung yang hanya boleh dimasuki jika ada ijin tertulis dari BKSDA Jawa Barat II, berdasarkan SK Menteri Pertanian No 34/KMP/1961.
Selesai mengelilingi hutan, akhirnya kami kembali ke Pasir Putih berisitirahat sambil menunggu perahu yang akan menjemput. Tempat yang agak sepi dibanding Pantai Barat Pangandaran. Angin yang sejuk di antara dedaunan yang rimbun, memang mengasyikan untuk tiduran. Adriel yang sejak tadi berenang di pantai, belum juga beranjak. Padahal sinar matahari sangat panas menyegat. Sambil sesekali berteriak agar menepi dulu. Tapi tetap saja tidak beranjak. Pantainya sih landai sehingga sangat aman untuk anak-anak berenang. Hanya saja, kalau berenang jam 15.00 wib, bisa hitam tuch badan. Debby sendiri lebih asyi bermain pasir dengan mamahnya sambil minum air kelapa. Saya sendiri lebih suka tiduran di sebelah warung makanan.
Sayang waktunya sudah sore, ketika kami hendak pulang dan sempat melihat-lihat pantai di sebelah kanan ternyata banyak orang yang menyelam melihat-lihat pemadangan bawah laut. Tetapi berhubung perahu sudah menjemput dan juga waktunya yang sudah agak sore. Akhirnya kami tidak sempat menikmati kegiatan menyelam tersebut.