Perjalanan Menuju Ujung Kulon

Pagi itu, cuaca sangat cerah, saya pikir ini pertanda baik untuk mewujudkan rencana perjalanan yang sudah saya siapkan sekitar dua minggu sebelumnya, Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon.

Berangkat dari rumah dengan istri sekitar pukul 08.20 wib menuju terminal bis Tanjung Priok. Memakai celana pendek buntung dan baju kaos plus topi, dan tas punggung (enggak sadar, kalau sudah tua … biarin aja dech).

Sengaja perjalanan kali tidak membawa kendaraan, asli menjadi backpacker, karena beberapa alasan. Pertama, saya masih belum tahu rute menuju Taman Nasional Ujung Kulon. Kedua, masih ragu, apakah kendaraan bisa sampai di lokasi yang akan saya tuju, yaitu desa terakhir sebelum masuk ke Ujung Kulon, Taman Jaya?. Ketiga, diharapkan bisa menekan biaya pengeluaran, serendah mungkin. Keempat, menjadi backpacker adalah hobby.

Celingak celinguk mencari-cari bis tujuan Labuan, ternyata tidak ada. Menurut informasi yang saya peroleh dari beberapa pedagang di sekitar terminal, ternyata bisnya sudah berangkat, sebelum pukul 07.00 wib. Bener atau enggak, saya enggak tahu persis. Lucu juga jika baru sampai Priok saja sudah bingung, apalagi kalau sampai dikibulin … para calo … bisa kacau nih he he he…

Sementara berpikir, tiba-tiba seorang kondektur Bis Aseli Prima, menawarkan jasanya supaya kami mau menggunakan bis tersebut. Sambil merayu, katanya, “naik bis ini saja, murah koq”. Loh … berarti cara saya berpakaian rupanya sudah sesuai dengan harapan saya, murah. Tanpa pikir panjang, segera saya naik ke bis tersebut.

Pukul 09.18, bis yang kami tumpangi langsung meluncur meninggalkan terminal, menuju Serang. Sudah lama tidak naik bis, ternyata sekarang makin meriah euy … Pedagang asongan bergantian membagikan barang dagangan, mulai dari buku-buku agama, buku pelajaran, alat tulis, makanan kacang, permen jahe, hingga makanan berat semisal, Kiss Bakery Donuts dalam satu dus. Semua dibagikan … apa enggak khawatir hilang ya?

Dengan membayar ongkos Rp 16.000,- saja, akhirnya kami tiba di Serang pada pukul 11.30 wib. Untuk menghemat waktu, segera kami lanjutkan perjalan dengan menggunakan Bis All Falah menuju Labuan. Bis tersebut ternyata sudah penuh sesak. Terpaksalah kami berdiri, tetapi tidak lama, karena beberapa saat kemudian ada beberapa penumpang yang turun. Naik bis ini sebetulnya kurang nyaman, ukuran nya besar, sementara jalanan tidak begitu lebar, berbelok-belok dan ngebut pula. Ini masalahnya … jadi bikin sedikit mual (Loh, katanya backpacker?... emangnya backpacker enggak boleh mual !)

Sekitar 2 jam perjalanan dan ongkos Rp 10.000,- akhirnya kami sampai di Terminal Tarogong. Semula saya berpikir bis ini, akan sampai di Labuan, ternyata hanya sampai di terminal tersebut. Perjalanan kami lanjutkan dengan menggunakan angkot menuju Labuan dengan ongkos Rp 3.000,-. Jaraknya ternyata tidak terlalu jauh.
Sudah menjadi kebiasaan saya, jika ke suatu tempat yang baru saya kunjungi, saya tidak akan memasang muka bingung. Dan saya tidak segera bertanya-tanya ke para tukang ojek yang sudah mengepung saya. Saya katakan, maaf, tujuan saya adalah tempat makan, warung Padang. Tetapi rupanya warung Padang pun enggak ketemu juga … he he he, sepertinya orang Padang kurang berniat jualan di daerah sini? Cuma ada penjual kupat tahu. Perjalanan boleh jauh, tetapi urusan perut harus didahulukan, jadilah saya sikat. Saya tanya-tanya ke pedagang kupat tahu, di mana lokasi stasiun Isuzu ELF. Rupanya yang namanya stasiun cuma sekedar tempat mangkal saja, yang justru sudah saya lewati. Jadi, tidak ada terminal khusus.

Sesuai informasi dari karyawan kantor PLN, yang kebetulan saya temui, sambil numpang pipis di kantornya. bahwa kendaraan menuju ke sana hanya sampai pukul 10.00 wib. Wah ... tanda-tanda kekacauan sudah mulai menghadang.

Sesuai sarannya, terpaksa harus balik lagi ke terminal Tarogong, mencari kendaraan ELF juga tetapi tujuan Cibaliung, atau lebih dikenal dengan nama Kampung Sawah.

Akhirnya, kendaraan menuju ke sana sudah saya peroleh. Sayangnya, walaupun saya sudah duduk cukup lama, kendaraan ini enggak jalan-jalan juga ... capek dech … Kelamaan ngetem, menunggu penumpang hingga penuh. Saya mulai khawatir kalau sampai hutan nantinya kemalaman karena tempat tersebut belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Kegelisahaan saya, akhirnya hilang, ketika mobil sudah distarter oleh sang sopir, kendaraan pun siap diberangkatkan.

Ada beberapa kejadian unik selama perjalanan dari Tarogong – Cibaliung, karena dalam setiap menaikan penumpang, selalu saja mereka kenal semua penumpang, bertegur sapa. Pokoknya rame !!! Suatu hal yang menarik. Padahal jarak Tarogong – Cibaliung - Sumur, cukup jauh, ongkos saja Rp 20.000,- per orang.


Kejadian aneh lainnya, setiap berhenti di suatu tempat, supir pun ikut turun. Ada saja urusannya tuh sopir, beli rokoklah, ngobrol ngalor ngidul dulu dengan temannya (mungkin ngobrolin arisan), dan terakhir sempat-sempatnya tuh supir pesan martabak … Ini yang bikin saya kesal. Tetapi anehnya penumpang lain tidak ada yang complain?. Saya tidak tahu, mungkin karena jarangnya kendaraankah? sehingga supir bisa berbuat semaunya saja?.

Entah di daerah apa, saya tidak tahu persis, kemudian saya di over menggunakan angkot menuju Sumur. Di mana, di dalamnya sudah ada tumpukan gabah berkarung-karung. Buset! Saya enggak mau numpuk dengan gabah, jadi saya pilih duduk di depan dekat pak sopir, sementara tas punggung saya taruh di belakang.

Ternyata naik angkot ini pun, bikin kesal juga, bayangkan saja, masa saya harus ikut-ikutan mengantar gabah-gabah ini masuk ke kampung-kampung mencari alamat yang ternyata tidak jelas. Sementara saya sedikit dag dig dug, karena harus berkejaran dengan waktu, yang semakin sore.

Perjalanan dengan angkot ini, akhirnya berakhir juga di kecamatan Sumur. Untuk melanjutkan perjalanan, saya harus menggunakan ojek ke desa terakhir, Taman Jaya. Seperti biasa, saya tidak menunjukan muka bingung. Saya hanya sampaikan bahwa saya mau ke rumah Pak Komar, pemilik homestay Sunda Jaya, di Taman Jaya. Dengan menggunakan 2 kendaraan ojek, mereka mengantarkan saya dan tiba di lokasi tersebut pukul 19.00 wib, dengan ongkos Rp 25.000,- tetapi mengingat perjalanan yang jauh dan rusak, dengan kesadaran sendiri akhirnya kedua tukang ojek tersebut saya tambahkan menjadi Rp 30.000,-. Jadi dari Tanjung Priok menuju lokasi ini, perlu waktu sekitar 11 jam, yang seharusnya bisa ditempuh hanya 5 – 6 jam saja. Jika Anda ingin membawa kendaraan sendiri, sebetulnya tidak ada masalah, jalannya cukup bagus hingga Kecamatan Sumur. Sedangkan untuk mencapai Taman Jaya, separuh perjaanan masih beraspal walaupun agak rusak, tetapi separuhnya lagi perjalanan agak sulit, benar-benar rusak, tetapi masih bisa dilewati oleh kendaraan off road.
(Bersambung)

4 komentar:

    On 4:42 AM Neha Ahmad said...

    bagus baget,
    saya november nanti juga akan kesana,

     

    terima kasih mas atas infonya, suatu saat saya ingin ke ujung kulon juga

     

    terima kasih mas atas infonya, suatu saat saya ingin ke ujung kulon juga

     
    On 7:19 AM Unknown said...

    Nice info gan....

    kami membuatkan mebel jati bertaraf internasional dengan kualitas tiada dua kami memberikan pelayannan dengan personal karena kepuasan anda adalah cita cita kam

    mebel jati yang kami buat dari kayu perhutani dengan kualitas terbaik dan tidak menggunakan kualitas yang biasa . kami hanya mepercayakan pembuatan mebel jati kami hanya kepada karyawan profesioonal kami ..

    ingan kami mempunyai moto
    kamilah yang terbaik

    www.susangallery.co.id

    mebel jati
    tempat tidur jati
    kursi tamu jati
    sofa jati
    mebel jati murah
    furniture jati
    jati ukir
    kursi tamu jati
    kursi teras jati
    sofa jati
    bangku telephone jati
    buffet TV jati
    lemari pajang jati
    tempat tidur jati
    lemari pakaian jati
    meja rias jati
    meja kantor jati
    kitchen set jati