Perjalanan ke Lampung : Taman Kupu-Kupu Gita Persada (3)
Saturday, December 15, 2007 by harjo
Lokasi Taman Kupu-Kupu Gita Persada ini berada di di daerah kaki Gunung Betung, Desa Tanjung Manis, Kelurahan Kemiling. Untuk menuju lokasi ini memang agak sulit, karena di sepanjang jalan tidak ada sama sekali papan informasi. Demikian juga di lokasi taman tersebut, tidak ada petunjuk bahwa tempat itu adalah sebuah Taman Kupu-kupu. Satu-satu patokan saya ke arah ini dari kota Bandar Lampung adalah bahwa lokasinya setelah Taman Bumi Kedaton, yang berjarak 7 km. Saya sendiri baru bisa menemukan, setelah 4 kali bertanya dengan penduduk setempat, bahwa lokasinya persis di depan sebuah mesjid.
Adalah seorang Dr. Herawati Soekardi, ahli kupu-kupu dari Universitas Lampung, sebagai pelopor upaya pelestarian kupu-kupu di daerah tersebut.
Awalnya lahan ini kritis, tidak ada apa-apanya, tetapi beliau mampu merekayasanya sehingga mampu menghadirkan kupu-kupu di kawasan tersebut. Dari keberhasilan tersebut, membuktikan bahwa kupu-kupu adalah barometer kondisi lingkungan di suatu daerah.
Ketika memasuki pintu halaman Taman tersebut, nampak seperti tidak berpenghuni. Tetapi tidak lama kemudian kami ditemui oleh pengelola taman tersebut, yaitu Pak Martinus. Belakangan saya ketahui rupanya anak dari ahli kupu-kupu di Lampung, Dr. Herawati Soekardi. Beruntung pada saat itu, Pak Martinus sedang melakukan implantasi telur-telur di tanaman widuri. Sehingga saya berkesempatan untuk ikut mengamatinya. Dan juga saya berkesempatan di antar berkeliling taman tersebut yang luasnya 4 Ha pada ketinggian 460 meter dpl. Di kawasan tersebut juga tersedia cage. Yang menurut Pak Martinus dimaksudkan untuk memudahkan dalam melakukan penelitian dan juga pemotretan. Di saat yang bersamaan rupanya ada beberapa mahasiswa Biologi dari Universitas Lampung yang sedang melakukan penelitian di bawah bimbingan Ibu Hera.
Menurut Martinus, bahwa yang sudah berhasil ditangkarkan sebanyak 50 spesies, dantaranya yang berkatagori langka, yaitu : Troides helena. Jenis lain seperti Perut Merah, Limau Balak, Limau Halom, Limau Tutul, Kupu Hijau, Sirsak Biru, Sirsak Hijau, Ekor Pedang, Cacapuri, Johar Kuning, Kertas, Buntar, Daun Coklat, Widuri, Kepompong Emas, dsb.
Taman Gita Persada ini sementara hanya untuk keperluan wisata edukasi, tidak untuk umum.
Keberhasilan Ibu Hera, menjadi penanda keberhasilan penangkaran kupu-kupu di habitat alami, khususnya kupu-kupu Sumatra. Berbeda dengan Taman Kupu-kupu yang lain, yang pernah saya kunjungi terkesan hanya mengumpulkan kepompong lalu dilepas dalam sebuah cage. Apa yang dilakukan oleh Dr. Herawati adalah benar-benar hasil penangkaran dan juga berhasil merekayasa habitat alami, menjadi lingkungan yang benar-benar cocok untuk kelangsungan kupu-kupu. Indonesia adalah negara dengan kekayaan keanekaragamanhayati tertinggi di dunia, sudah sepantasnya disetiap daerah memiliki taman ini. Kapan daerah lain menyusul, sehingga kami bisa kunjungi dan nikmati keindahan sayap kupu-kupu?
(Catatan : pada gambar, tidak banyak kupu-kupu yang berhasil kami photo, karena sulitnya kami mengabadikan keindahan kupu-kupu tersebut. Pada photo juga nampak Martinus yang sedang mengimplantasi telur di tanama widuri. Juga nampak Ibu Hera yang sedang berkeliling taman dengan mahasiswanya).
Adalah seorang Dr. Herawati Soekardi, ahli kupu-kupu dari Universitas Lampung, sebagai pelopor upaya pelestarian kupu-kupu di daerah tersebut.
Awalnya lahan ini kritis, tidak ada apa-apanya, tetapi beliau mampu merekayasanya sehingga mampu menghadirkan kupu-kupu di kawasan tersebut. Dari keberhasilan tersebut, membuktikan bahwa kupu-kupu adalah barometer kondisi lingkungan di suatu daerah.
Ketika memasuki pintu halaman Taman tersebut, nampak seperti tidak berpenghuni. Tetapi tidak lama kemudian kami ditemui oleh pengelola taman tersebut, yaitu Pak Martinus. Belakangan saya ketahui rupanya anak dari ahli kupu-kupu di Lampung, Dr. Herawati Soekardi. Beruntung pada saat itu, Pak Martinus sedang melakukan implantasi telur-telur di tanaman widuri. Sehingga saya berkesempatan untuk ikut mengamatinya. Dan juga saya berkesempatan di antar berkeliling taman tersebut yang luasnya 4 Ha pada ketinggian 460 meter dpl. Di kawasan tersebut juga tersedia cage. Yang menurut Pak Martinus dimaksudkan untuk memudahkan dalam melakukan penelitian dan juga pemotretan. Di saat yang bersamaan rupanya ada beberapa mahasiswa Biologi dari Universitas Lampung yang sedang melakukan penelitian di bawah bimbingan Ibu Hera.
Menurut Martinus, bahwa yang sudah berhasil ditangkarkan sebanyak 50 spesies, dantaranya yang berkatagori langka, yaitu : Troides helena. Jenis lain seperti Perut Merah, Limau Balak, Limau Halom, Limau Tutul, Kupu Hijau, Sirsak Biru, Sirsak Hijau, Ekor Pedang, Cacapuri, Johar Kuning, Kertas, Buntar, Daun Coklat, Widuri, Kepompong Emas, dsb.
Taman Gita Persada ini sementara hanya untuk keperluan wisata edukasi, tidak untuk umum.
Keberhasilan Ibu Hera, menjadi penanda keberhasilan penangkaran kupu-kupu di habitat alami, khususnya kupu-kupu Sumatra. Berbeda dengan Taman Kupu-kupu yang lain, yang pernah saya kunjungi terkesan hanya mengumpulkan kepompong lalu dilepas dalam sebuah cage. Apa yang dilakukan oleh Dr. Herawati adalah benar-benar hasil penangkaran dan juga berhasil merekayasa habitat alami, menjadi lingkungan yang benar-benar cocok untuk kelangsungan kupu-kupu. Indonesia adalah negara dengan kekayaan keanekaragamanhayati tertinggi di dunia, sudah sepantasnya disetiap daerah memiliki taman ini. Kapan daerah lain menyusul, sehingga kami bisa kunjungi dan nikmati keindahan sayap kupu-kupu?
(Catatan : pada gambar, tidak banyak kupu-kupu yang berhasil kami photo, karena sulitnya kami mengabadikan keindahan kupu-kupu tersebut. Pada photo juga nampak Martinus yang sedang mengimplantasi telur di tanama widuri. Juga nampak Ibu Hera yang sedang berkeliling taman dengan mahasiswanya).
keren, thx berbagi catpernya..