Rencananya mau melihat sunrise di Bromo, gagal
Sunday, January 06, 2008 by harjo

Saya buka pintu mobil saya, dan brbrrrr … dingin banget. Dan hujan pun turun dengan deras dan awan nampak menutupi sebagian langit justru tepat ketika kami tiba di Cemorolawang, sehingga sunrise yang ditunggu-tunggu akhirnya tak terlihat.
Beberapa orang mencoba menghampiri kami menawarkan penginapan, semacam homestay. Harganya berkisar antara adalah Rp 100.000,- hingga Rp 125.000,- yang terdiri dari 4 kamar, sedangkan untuk yang satu kamar hanya Rp 75.000,-. Saya mencoba berunding dengan istri, apakah akan menginap? Di putuskan tidak, dingin katanya.
Kami kembali ke mobil, dan tidur hingga pukul 11.00 wib. Hujan akhirnya berhenti juga, dan langitpun kembali terlihat. Kami membuka pintu dan melihat sekeliling … Wah indah banget.
Beberapa orang mencoba menemui kami kembali, kali ini menawarkan jasa untuk mengantar kami menuju puncak Gunung Bromo. Ada beberapa pilihan, jika menggunakan kendaran Toyota Hardtop ongkosnya adalah Rp 150.000,- kuda Rp 70.000,-, ojek motor Rp 60.000,- . Akhirnya setelah bernegosiasi kami memilih ojek motor dengan biaya Rp 50.000,- tetapi untuk tiga lokasi berbeda yaitu : Gunung Bromo, Padang Savana, dan Pasir Berbisik.
Berbeda dengan 4 tahun yang lalu, ketika saya ke sini. Bentuk gunung Bromo sepertinya sedikit agak berubah, dipinggir-pinggir gunung nampak tumpukan pasir yang tidak beraturan. Mungkin akibat luapan lava yang sebelumnya pernah dimuntahkan. Di beberapa bagian tebing nampak tulisan-tulisan para vandalisme, yang tidak mengerti arti keindahan. Bau belerang, sangat menyengat, 250 anak tangga sudah kami lewati dengan bersusah payah. Akhirnya sampailah di puncak, Gunung Bromo. Pemandangan sekeliling begitu sangat indah.